Kamis, 30 Juni 2016

PENGERTIAN, HUKUM DAN WAKTU ZAKAT FITRAH

Oleh : Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan, MA.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rokan Hulu
Provinsi Riau
A. MAKNA ZAKAT FITRAH
Zakat fitrah adala zakat yang sebab diwajibkanya adalah futhur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan. Zakat fitrah berbeda dengan zakat-zakat lainnya, sebab zakat fitrah adalah zakat atas badan, zakat atas diri, dan atau zakat atas kepala, sedangkan zakat-zakat lainnya adalah zakat atas harta. Oleh karena itulah maka syarat-syarat zakat seperti nishab dan haul tidak disyaratkan dalam zakat fitrah.
Zakat Fitrah diwajibkan atas setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, merdeka maupun budak, besar maupun kecil, bahkan wajib bagi bayi yang baru lahir dan orang sakit yang mendekati ajal sekalipun, yang memiliki kelebihan makanan bagi diri dan keluarganya pada tanggal 1 Syawal. Zakat Fitrah adalah zakat wajib yang bersifat universal, tanpa memandang gender, jenis kelamin, status social, suku bangsa, maupun umur.
Zakat fitrah diwajibkan pada tahun kedua hijrah, yaitu tahun diwajibkannya puasa Ramadhan, untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya, untuk memberi makan pada orang-orang miskin dan mencukupkan mereka dari kebutuhan dan minta-minta pada hari raya.Kewajiban zakat fitrah kepada setiap muslim ini, sesuai dengan hadis Rasulullah SAW.
Artinya : Dari Abdullah bin Umar ra, bahwasanya Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan untuk setiap jiwa kaum muslim, merdeka atau budak, lelaki atau perempuan, kecil ataupun besar, sebanyak satu sha kurma atau satu sha gandum,
Dalam hadis lain disebutkan :Artinya : Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang-orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan perkataan yang kotor serta untuk member makan orang-orang miskin. Barang siapa melaksanakannya sebelum pelaksanaan sholat Ied, maka itu termasuk zakat yang diterima. Dan barang siapa yang melaksanakan etelah sholat Ied, maka itu diterima sebagai shodaqah biasa.

Zakat fitrah tersebut adalah makanan pokok dari suatu daerah, dengan demikian Di Indonesia Zakat fitrah pada umumnya adalah dalam bentuk beras, dalam kualitas yang sama dengan beras yang dikonsumsi sehari-hari, yang ukurannya adalah satu sho kurma atau gandum, atau sama dengan 2,5 Kg beras dan dapat dibayarkan dengan uang senilai 2,5 Kg beras tersebut.
Hikmah disyariatkannya zakat Fitrah tersebut adalah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari omongan yang tidak ada manfaatnya dan omongan kotor, serta untuk memberi makanan pada orang-orang miskin. Hal ini sebagaimana dimaksudkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW tersebut di atas.
B. KEWAJIBAN ZAKAT FITRAH
Zakat Fitrah adalah kewajiban yang bersifat umum, pada setiap kepala dan pribadi dari kaum Muslimin dengan tidak membedakan antara yang merdeka dengan hamba sahaya, antara lai-laki dengan perempuan, antara orang kaya dengan orang miskin dan antara orang kota dengan orang desa/kampung. Hal ini sesuai hadits Nabi :
Artinya: Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan pada orang yang merdeka, hamba sahaya, laki-laki, perempuan dari kaum muslimin.
Kewajiban tersebut adalah bagi orang, bukan bagi janin sesuai dengan pendapat Jumhur Ulama. Berbeda degan Jumhur Ulama, Ibnu Hazm berpendapat, Apabila janin dalam perut ibunya telah sempurna berumur seratus dua puluh hari sebelum terbitnya fajar malam hari raya Idul Fitri, maka wajib dikeluarkan Zakat Fitrah termasuk didalamnya janin, sebab janin termasuk anak kecil.
Jumhur ulama mensyaratkan kewajiban zakat fitrah bagi fakir miskin. Yaitu ia memiliki kelebihan makanan pokok bagi dirinya dan orang yang menjadi tanggung jawab nafkahnya pada malam dan harinya hari raya, kelebihan itu tidak termasuk rumah, perabot dan kebutuhan pokok lainnya.
Zakat Fitrah diwajibkan atas orang-orang yang memenuhi syarat, sebagai berikut :
1. Islam
2. Masih hidup ketika matahari terbenam pada hari terakhir bulan Ramadhan atau menjelang malam Idul Fitri. Seorang muslim yang meninggal dunia sebelum matahari terbenam pada hari terakhir bulan Ramadhan, tidak wajib membayar zakat fitrah. Akan tetapi, jika ia meninggal dunia ketika matahari tenggelam pada hari terakhir bulan Ramadhan, maka dia tetap mempunyai kewajiban membayar zakat fitrah. Lain daripada itu, seorang bayi yang lahir sesudah tenggelam matahari pada hari terakhir bulan Ramadhan, maka ia tidak wajib membayar zakat fitrah. Akan tetapi, jika bayi itu lahir sebelum matahari tenggelam pada hari terakhir bulan Ramadhan, maka ia wajib dibayarkan zakat fitrahnya oleh orang tuanya. Demikian juga dengan laki-laki yang menikah sesudah terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan Ramadhan, dia tidak berkewajiban untuk membayarkan zakat fitrah untuk istrinya. Kewajiban membayar zakat fitrahnya adalah menjadi kewajiban orang tuanya atau kewajiban dirinya ssendiri.
3. Mempunyai kelebihan makanan pokok untuk diri dan keluarganya yang menjadi tanggungannya pada malam Idul Fitri dan siang harinya.
Orang-orang yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut di atas, maka yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk membayar zakat fitrah atas dirinya dan atas diri orang yang menjadi tanggungannya, seperti zakat fitrah istrinya, orang tuanya, anak-anaknya, dan orang yang menjadi tanggungannya. Namun demikian, yang bersangkutan tidak berkewajiban membayar zakat fitrah orang yang bekerja untuknya, kecuali setelah mendapat persetujuan dari yang bersangkutan, sebab yang bersangkutan bukan menjadi tanggungannya, ia hanya berkewajiban membayar upahnya, sedangkan yang berkewajiban membayar zakat fitrahnya adalah dirinya sendiri atau orang tuanya. Jika seseorang tidak mempunyai kelebihan makanan pada malam harti raya dan untuk siang harinya, maka gugurlah kewajibannya membayar zakat fitrah, baik zakat fitrah dirinya maupun keluarga yang menjadi tanggungannya.
C. WAKTU PEMBAYARAN ZAKAT FITRAH
Ulama Islam telah sepakat bahwa zakat fitrah itu wajib dengan sebab lebaran pada bulan ramadhan sebagaiman Hadits Nabi: Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan ramadhan.
Para ulama berbeda pendapat tentang batasan wajib. Imam Syafii, Ahmad, Ishaq, Tsauri dan Imam Malik dalam salah satu riwayatnya menyatakan, zakat itu wajib dengan sebab terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadhan, karena zakat fitrah itu diwajibkan untuk mensucikan orang berpuasa, sedangkan puasa itu berakhir dengan terbenamnya matahari, yang karenanya wajib zakat fitrah itu.
Abu Hanifah dan sahabatnya, Laits, Abu Tsaur dan Imam Malik dalam salah satu riwayatnya berpendapat, bahwa zakat fitrah itu wajib dengan sebab terbitnya fajar di hari raya karena zakat fitrah itu ibadah yang berhubungan dengan hari raya. Tidak boleh kewajibannya mendahului hari raya seperti qurban pada hari raya Idul Adha.
Namun demikian para Ulama membolehkan mendahulukan membayar zakat fitrah pada permulaan bulan Ramadhan seperti pendapat Imam Syafii, Imam Hanafi lebih longgar lagi dengan memperbolehkan membayar zakat fitrah, bersamaan dengan membayar zakat harta. Zaid berpendapat justru lebih longgar lagi, yaitu boleh mempercepat walaupun sampai dengan dua tahun seperti zakat harta.
Waktu pembayaran zakat fitrah dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut :
1. Waktu yang diperbolehkan (mubah), yaitu waktu mulai dari awal bulan Ramadhan sampai penghabisan bulan Ramadhan. Pembayaran di awal bulan Ramadhan ini, justru lebih baik, sebab akan memudahkan bagi amil untuk mendistribusikannya secara tepat waktu, tepat sasaran dan tepat jumlah. Dan si mustahiq pun akan lebih mudah untuk menggunakannya sesuai dengan kebutuhannya yang paling mendesak.
2. Waktu wajib, yaitu semenjak matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan.
3. Waktu afdhal, yaitu sesudah sholat subuh sampai dengan sebelum sholat Idul Fitri. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut :
Artinya : Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk mengeluarkan zakat fitrah, yaitu sebelum berangkatnya orang-orang untuk mengerjakan sholat Idul Fitri.
4. Waktu Makruh, yaitu (menurut pendapat sebahagian ulama) membayar zakat fitrah sesudah sholat Idul Fitri sampai sebelum terbenamnya matahari pada awal hari raya. Pembayaran zakat fitrah pada waktu ini boleh dan masih dianggap sebagai pembayaran zakat fitrah, akan tetapi hukumnya makruh. Namun demikian, sebahagian yang lain berpendapat, pembayaran zakat fitrah pada waktu ini tidak dianggap lagi sebagai zakat fitrah, tetapi dianggap sebagai shodaqah biasa.
5. Waktu Haram, yaitu membayar zakat fitrah setelah matahari terbenam saat hari raya Idul Fitri. Jika seseorang lalai membayarkan zakat fitrahnya sampai dengan sesudah waktu yang ditetapkan habis, maka pembayaran zakat fitrah tetap menjadi hutangnya kepada Allah SWTdan wajib diqadha pada tahun depan.
D. BENDA ZAKAT FITRAH
Benda-benda atau barang-barang yang dapat dipergunakan untuk pembayaran zakat fitrah adalah sebagai berikut :
1. Bahan makanan pokok yang biasa dikonsumsi sehari-hari sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat, bisa berupa beras, jagung, gandum, sagu dan lain sebagainya. Pembayaran zakat fitrah itu diupayakan yang paling bagus dan berkualitas sesuai dengan yang dikonsumsinya sehari-hari. Jangan sampai zakat fitrah itu diambil dar beras yang sudah berkutu, yang tidak bisa lagi dikonsumsi orang lain. Jangankan orang lain, kitapun sudah enggan mengkonsumsinya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi, sebagai berikut :
Artinya : Ketika Rasulullah SAW bersama kami, maka kami mengeluarkan zakat fitrah untuk anak kecil, orang dewasa, orang merdeka, dan budak sebesar satu Shamakanan atau satu sha susu kering, atau satu sha gandum, atau satu sha kurma, atau satu sha anggur kering.
Dari keterangan hadis ini, zakat fitrah ternyata dapat dibayarkan berupa susu kering (keju), anggur kering, dan kurma kering, selain tentunya yang paling utama makanan pokok.
2. Uang sebagai pengganti harga bahan makanan pokok. Besarnya nilai uang adalah seharga barang yang dikeluarkan zakatnya pada waktu itu, secara harga pasar atau harga umum di pasaran.
E. BESARNYA ZAKAT FITRAH
Besarnya zakat fitrah yang harus dikeluarkan untuk setiap orang muslim adalah satu sha. Satu sha adalah seukuran empat genggam dua telapak tangan. Satu Sha sama dengan empat mud. Ukuran satu mud adalah 573,75 gr. Empat mud sama dengan 573,75 gr x 4 = 2.295 gr. Untuk memudahkan dalam penghitungan dan jangan sampai kurang dari ukuran yang biasa dipakai orang Arab, satu sha atau empat mud, maka apabila dikonversikan kepada beras, maka menjadi 2,5 kg beras.
Pembayaran zakat fitrah sebesar 2,5 Kg beras tersebut adalah untuk satu orang dan bukan untuk satu keluarga. Dan jika untuk satu keluarga, maka tergantung pada berapa jumlah anggota keluarganya, dikalikan 2,5 kg beras. Jika pembayaran zakat fitrah ini dilakukan dengan menggunakan uang, maka harganya ataupun nilainya adalah sebesar harga beras 2,5 Kg yang biasa dikonsumsi sehari-hari pada saat itu
F. SASARAN ZAKAT FITRAH
Secara umum sasaran pendistribusian zakat fitrah adalah delapan asnaf, sebagaimana yang telah diatur dalam Surat At-Taubah ayat 60, yaitu faqir, miskin, amil, muallaf, memerdekakan budak, orang yang berhutang, sabilillah, dan yang sedang dalam perjalanan lalu kehabisan bekal. Namun demikian, para ulama berpendapat bahwa zakat fitrah diberikan dengan prioritas fakir miskin sesuai bunyi salah satu hadits, yaitu :
Artinya : Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang-orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan perkataan yang kotor serta untuk memberi makan orang-orang miskin.
Namun demikian pendapat yang masyhur dari mazhab Syafii, bahwa wajib mengeluarkan zakat fitrah kepada golongan orang yang berhak menerima zakat yaitu asnaf delapan, sesuai Al-Quran surat At Taubah ayat 60 :
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Imam Malik dan Ibnu Qoyyim berpendapat sebaliknya, yaitu zakat fitrah hanya diberikan kepada fakir miskin, tidak boleh kepada yang lainnya. Imam Malik hanya menyatakan, apabila di suatu negara tidak ada fakir miskin, maka dapat dipindahkan ke negara tetangga dengan ongkos dari orang yang mengeluarkan zakat, bukan diambil dari zakat, supaya tidak berkurang jumlahnya. Hal ini berarti, bahwa pendistribusian zakat fitrah hanya diperbolehkan diberikan kepada mustahik di daerah tempat tinggal muzakki, dan tidak boleh dipindahkan dari satu daerah ke daerah lain. Kalaupun harus dipindahkan, itu berarti bahwa tidak ada lagi mustahik di daerah itu.
Dari pendapat-pendapat di atas, penulis lebih cenderung untuk menyatakan bahwa zakat fitrah diprioritaskan untuk fakir miskin, dengan tidak menutup kemungkinan asnaf delapan sebab Al-Quran menyatakan demikian. Apabila dilakukan kalkulasi matematis, 60 s/d 70% dari zakat Fitrah diperuntukkan bagi fakir miskin, sedangkan sisanya dibagi untuk asnaf yang lainnya.
Hal ini dimaksudkan agar pada hari Idul Fitri para fakir miskin tidak meminta-minta dan bisa ikut bergembira sebagaimana umat Islam lainnya. Dengan pemberian zakat fitrah kepada mereka, diharapkan fakir miskin ikut merasakan suasana kemenangan setelah selesainya berpuasa bulan Ramadhan yang Mubarak, sebagaimana halnya yang dirasakan oleh umat Islam lainnya, sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW :
Artinya : Kayakanlah mereka (orang-orang fakir miskin) hingga mereka tidak meminta-minta pada hari ini (Idul Fitri).***
Baca Selanjutnya → PENGERTIAN, HUKUM DAN WAKTU ZAKAT FITRAH

MENINGGALKAN PUASA RAMADHAN TERMASUK DOSA BESAR

Oleh : Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
Puasa memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Ia salah satu dari rukun Islam yang lima. Barangsiapa berpuasa untuk mencari ridha Allâh Azza wa Jalla dan sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka ia akan meraih kebaikan dan keutamaan yang sangat besar. Oleh karena itu kewajiban kaum Muslimin memperhatikan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya.
MAKNA PUASA
Dalam bahasa Arab, puasa disebut dengan shaum atau shiyâm, artinya menahan. Adapun menurut istilah syari’at, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Shaum adalah: beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla dengan menahan diri dari makan, minum, dan segala yang membatalkan, mulai terbit fajar (shadiq) sampai matahari tenggelam. (Syarhul Mumti’, 6/298)
MACAM-MACAM PUASA
Para ulama menyebutkan bahwa puasa ada dua: puasa wajib dan sunnah.
• Puasa wajib, seperti puasa Ramadhân, kaffârah, dan nadzar.
• Puasa sunnah, seperti puasa Senin dan Kamis, enam hari pada bulan Syawal, puasa Nabi Dawud, dan lainnya.
Selain itu ada juga puasa maksiat, seperti puasa pada hari ‘Idul Fithri dan Adh-ha, puasa mutih, puasa patigeni, puasa untuk mencari kesaktian, dan lainnya.
HUKUM PUASA RAMADHAN
Hukum Puasa Ramadhân sudah sangat dikenal oleh umat Islam, yaitu wajib, berdasarkan al-Qur’ân, al-Hadits, dan Ijma’. Barangsiapa mengingkari kewajiban puasa Ramadhân, maka dia menjadi kafir. (Lihat al-Wajîz, hlm. 189)
Allâh Azza wa Jalla berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. [al-Baqarah/2:183]
Puasa Ramadhân merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima tiang: Syahadat Laa ilaaha illa Allâh dan Muhammad Rasûlullâh; menegakkan shalat; memberikan zakat; haji; dan puasa Ramadhân”. [HR. al-Bukhâri, no. 8; Muslim, no. 16]
Syaikh Abdul ‘Aziz ar-Râjihi -hafizhahullâh- berkata, “Barangsiapa mengingkari kewajiban puasa (Ramadhân), maka dia kafir, murtad dari agama Islam. Karena dia telah mengingkari satu kewajiban besar dan satu rukun dari rukun-rukun Islam, serta satu perkara yang diketahui dengan pasti sebagai ajaran Islam. Barangsiapa mengakui kewajiban puasa Ramadhân dan namun dia berbuka dengan sengaja tanpa udzur, berarti dia telah melakukan dosa besar, dia dihukumi fasik dengan sebab itu, namun tidak dikafirkan menurut pendapat yang paling kuat dari pendapat Ulama. Dia wajib berpuasa, dan Penguasa muslim (harus) menghukumnya dengan penjara atau dera atau kedua-duanya. Sebagian Ulama berkata, “Jika seseorang berbuka puasa Ramadhân dengan sengaja tanpa udzur, dia menjadi kafir”. [Ilmâm bi Syai-in min Ahkâmis Shiyâm, hlm. 1]
ANCAMAN MENINGGALKAN PUASA RAMADHAN TANPA UDZUR (ALASAN)
Puasa Ramadhân merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima, maka orang yang meninggalkannya atau meremehkannya akan mendapatkan siksa yang pedih di akhirat.
Di antara hadits dan riwayat tentang bab ini adalah :
عَنْ أَبْي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِى رَجُلاَنِ فَأَخَذَا بِضَبْعَىَّ فَأَتَيَا بِى جَبَلاً وَعْرًا فَقَالاَ لِىَ : اصْعَدْ فَقُلْتُ : إِنِّى لاَ أُطِيقُهُ فَقَالاَ : إِنَّا سَنُسَهِّلُهُ لَكَ فَصَعِدْتُ حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِى سَوَاءِ الْجَبَلِ إِذَا أَنَا بَأَصْوَاتٍ شَدِيدَةٍ فَقُلْتُ : مَا هَذِهِ الأَصْوَاتُ قَالُوا : هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ النَّارِ ، ثُمَّ انْطُلِقَ بِى فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ مُشَقَّقَةٌ أَشْدَاقُهُمْ تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا قَالَ قُلْتُ : مَنْ هَؤُلاَءِ قَالَ : هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ
Dari Abu Umâmah al-Bâhili, dia berkata: Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika aku sedang tidur, tiba-tiba ada dua laki-laki yang mendatangiku, keduanya memegangi kedua lenganku, kemudian membawaku ke sebuah gunung terjal. Keduanya berkata kepadaku, “Naiklah!” Aku menjawab, “Aku tidak mampu”. Keduanya berkata, “Kami akan memudahkannya untukmu”. Maka aku naik. Ketika aku berada di tengah gunung itu, tiba-tiba aku mendengar suara-suara yang keras, maka aku bertanya, “Suara apa itu?” Mereka menjawab, “Itu teriakan penduduk neraka”. Kemudian aku dibawa, tiba-tiba aku melihat sekelompok orang tergantung (terbalik) dengan urat-urat kaki mereka (di sebelah atas), ujung-ujung mulut mereka sobek mengalirkan darah. Aku bertanya, “Mereka itu siapa?” Mereka menjawab, “Meraka adalah orang-orang yang berbuka puasa sebelum waktunya”. [HR. Nasâ’i dalam as-Sunan al-Kubra, no. 3273; Ibnu Hibbân; Ibnu Khuzaimah; al-Baihaqi, 4/216; al-Hâkim, no. 1568; ath-Thabarani dalam Mu’jamul Kabîr. Dishahihkan oleh al-Hâkim, adz-Dzahabi, al-Haitsami. Lihat: al-Jâmi’ li Ahkâmis Shiyâm, 1/60]
Di dalam sebuah hadits diriwayatkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ فِي غَيْرِ رُخْصَةٍ رَخَّصَهَا اللَّهُ لَهُ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ الدَّهْرَ كُلَّهُ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berbuka sehari dari (puasa) bulan Ramadhân bukan dengan (alasan) keringanan yang Allâh berikan kepadanya, maka tidak akan diterima darinya (walaupun dia berpuasa) setahun semuanya. [HR. Ahmad, no. 9002; Abu Dâwud, no. 2396; Ibnu Khuzaimah, no.1987; dll]
Namun hadits didha’ifkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah, syaikh Syu’aib al-Arnauth, syaikh al-Albani, dan lainnya, karena ada perawi yang tidak dikenal yang bernama Ibnul Muqawwis.
Walaupun hadits ini lemah secara marfû’ (riwayat dari Nabi) akan tetapi banyak riwayat dari para sahabat yang menguatkannya.
Diriwayatkan dari Abdulah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu bahwa dia berkata:
مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ لَقِيَ اللَّهَ بِهِ، وَإِنْ صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ، إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ، وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ
Barangsiapa berbuka sehari dari (puasa) bulan Ramadhân dengan tanpa keringanan, dia bertemu Allâh dengannya, walaupun dia berpuasa setahun semuanya, (namun) jika Allâh menghendaki, Dia akan mengampuninya, dan jika Allâh menghendaki, Dia akan menyiksanya”. [Riwayat Thabarani, no. 9459, dihasankan oleh syaikh Al-Albani, tetapi riwayat yang marfû’ didha’ifkan. Lihat Dha’if Abi Dawud –Al-Umm- 2/275]
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu, bahwa dia berkata:
مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا لَمْ يَقْضِهِ أَبَدًا طُولُ الدَّهْرِ
Barangsiapa berbuka sehari dari (puasa) bulan Ramadhân dengan sengaja, berpuasa setahun penuh tidak bisa menggantinya”. [Riwayat Ibnu Hazm dalam al-Muhalla, 6/184]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa ada seorang laki-laki berbuka di bulan Ramadhân dia berkata :
لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَوْمُ سَنَةٍ
Berpuasa setahun penuh tidak bisa menggantinya. [Riwayat Ibnu Hazm dalam al-Muhalla, 6/184]
Bahkan sahabat Ali bin Abi Thâlib memberikan hukuman dera (pukulan) kepada orang yang berbuka di bulan Ramadhân, sebagaimana disebutkan di dalam riwayat :
عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مَرْوَانَ، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ أُتِيَ بِالنَّجَاشِيِّ قَدْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي رَمَضَانَ, فَضَرَبَهُ ثَمَانِينَ, ثُمَّ ضَرَبَهُ مِنْ الْغَدِ عِشْرِينَ, وَقَالَ: ضَرَبْنَاكَ الْعِشْرِينَ لِجُرْأَتِكَ عَلَى اللَّهِ وَإِفْطَارِكَ فِي رَمَضَانَ.
Dari Atha’ bin Abi Maryam, dari bapaknya, bahwa An-Najasyi dihadapkan kepada Ali bin Abi Thâlib, dia telah minum khamr di bulan Ramadhân. Ali memukulnya 80 kali, kemudian esoknya dia memukulnya lagi 20 kali. Ali berkata, “Kami memukulmu 20 kali karena kelancanganmu terhadap Allâh dan karena engkau berbuka di bulan Ramadhân”. [Riwayat Ibnu Hazm di dalam al-Muhalla, 6/184]
an-Najasyi ini adalah seorang penyair, namanya Qais bin ‘Amr al-Hâritsi. Dia mengikuti Ali sampai Ali menderanya, kemudian dia lari menuju Mu’awiyah. Lihat: al-Jâmi’ li Ahkâmis Shiyâm, 1/60)
Semua riwayat di atas menunjukkan bahwa meninggalkan puasa sehari di bulan Ramadhan tanpa udzur merupakan dosa besar, maka bagaimana jika meninggalkan puasa sebulan penuh? Tentu dosanya lebih besar. Oleh karena itu seorang yang ingin selamat di dalam kehidupannya, hendaklah dia melaksanakan perintah-perintah Allâh dan meninggalkan larangan-laranganNya, sehingga meraih keberuntungan di dunia dan akhirat.
Wallahul Musta’an.


Sumber: https://almanhaj.or.id/4174-meninggalkan-puasa-ramadhan-termasuk-dosa-besar.html
Baca Selanjutnya → MENINGGALKAN PUASA RAMADHAN TERMASUK DOSA BESAR

Santunan Yatim Piatu SABDA

(05/06/2011) Sabda menyelenggarakan Santunan Yatim Piatu se-Desa Jagabaya yang sumber dananya dari para Alumni, Simpatisan dan Donatur jaringan SABDA.

Baca Selanjutnya → Santunan Yatim Piatu SABDA

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1429 H.


Dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1429 H./2008 M. turut hadir dan memberikan sambutan Bupati Bogor Drs. H. Rahmat Yasin yang diselenggarakan oleh SABDA.

Baca Selanjutnya → Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1429 H.

Manakib Thoriqotul Agniyaa

Nah jika kemarin saya sudah upload Jawahirul Ma'aani dan Jawahirus Saaniyah, sekarang saya memposting Thoriqotul Agniya bagi para santri dan alumni yang sudah Ijajah, silahkan download dengan mengklik link dibawah ini :


Baca Selanjutnya → Manakib Thoriqotul Agniyaa

Peletakan Batu Pertama Kobong Daarul Fataa oleh Wakil Bupati Bogor

05 Maret 2010 Masih inget Peletakan Batu Pertama Kobong Daarul Fataa oleh Wakil Bupati Bogor Karyawan Fathurahman, saya menyebutnya "Ruarrrr biasa...". Satu-satunya kobong bale rombeng yang peletakan batu pertamanaya dilakukan oleh nomor dua di kabupaten bogor (walau tidak menyumbang) pada agenda JUMLING (Jum'at Keliling) di Desa Jagabaya, peristiwa penting yang berhasil dilaksanakan oleh SABDA.

Baca Selanjutnya → Peletakan Batu Pertama Kobong Daarul Fataa oleh Wakil Bupati Bogor

Manakib Jawahirul Ma'aani

Jika sebelumnya saya memposting Jawahirus Saniyah, sekarang kita lanjutkan pada postingan Jawahirul Ma'aani versi E-Book (PDF) supaya bisa dibaca dimana saja dan agar lebih termanfaatkan.

Silahkan download untuk yang sudah Ijajah bagi yang membutuhkan :


Baca Selanjutnya → Manakib Jawahirul Ma'aani

IDUL ADHA 1430 H./2009 M.











Baca Selanjutnya → IDUL ADHA 1430 H./2009 M.

FADHILAH SHOLAT TARAWIH DISETIAP MALAMNYA.

Dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa dia berkata: Nabi SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Kemudian beliau bersabda :
1.      Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
2.      Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
3.      Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah ‘Arsy: “Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat.”
4.      Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).
5.      Pada malam kelima, Allah Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.
6.      Pada malam keenam, Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
7.      Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir’aun dan Haman.
8.      Pada malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahin as.
9.      Pada malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadatnya Nabi saw.
10.  Pada Malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
11.  Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
12.  Pada malam keduabelas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.
13.  Pada malam ketigabelas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
14.  Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
15.  Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
16.  Pada malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
17.  Pada malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
18.  Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.”
19.  Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.
20.  Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
21.  Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.
22.  Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
23.  Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
24.  Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.
25.  Pada malam kedua puluh lima , Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.
26.  Pada malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
27.  Pada malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
28.  Pada malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
29.  Pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
30.  Dan pada malam ketiga puluh, Allah ber firman : “Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.”

Akhirnya, semoga amal ibadah kita diterima dan kita mendapatkan pangkat dan derajat dari Allah sebagai seorang yang bertakwa.

Sumber Hadist dari Kitab Duratun Nasihin, Bab Keistimewaan Bulan Ramadhan.


Baca Selanjutnya → FADHILAH SHOLAT TARAWIH DISETIAP MALAMNYA.

Manakib Jawahirus Saniyah

Atas izin Mama Guru saya buatkan Jawahirus Saniyah versi E-Book (PDF) supaya bisa dibaca dimana saja dan agar lebih termanfaatkan.

Silahkan download untuk yang sudah Ijajah bagi yang membutuhkan :



Baca Selanjutnya → Manakib Jawahirus Saniyah

Alamat

Pondok Pesantren Daarul Fataa
Kp. Palayangan Rt. 01 Rw. 01
Desa Jagabaya Kecamatan Parungpanjang
Kabupaten Bogor - Jawa Barat 16360

Call Center : +62812 1945 5550
Email : ikhwan_sabda@yahoo.com
Facebook : sabdajagabaya

Baca Selanjutnya → Alamat

Selasa, 28 Juni 2016

ZIARAH PERTAMA SABDA TAHUN 2006

Ziarah sering kali dilakukan oleh segenap muslimin, sebagai pengingat kematian bagi yang hidup dan mendo'akan yang sudah menduhului kita ke alam setelah dunia fana ini. Sabda dalam kegiatan Ziarah pertamanya mengunjungi Makam Syekh Kibuyut Masan dan Syekh Kibuyut Kumpul di daerah TAPOS.























Baca Selanjutnya → ZIARAH PERTAMA SABDA TAHUN 2006